Kembali kita buka lembaran-lembaran sirah, akan kita dapati, para
sahabat-sahabat yang menjadi pahlawan, yang mendapatkan syahadah. Lalu
apa yang menjadikan mereka seperti itu? Jawabnya adalah, karena mereka
kokoh, kuat dari sisi jasmani maupun ruhani. Segala perintah yang
dianjurkan oleh Rasulullah saw mereka jalani. Mereka tak pernah mengeluh
karena beratnya tugas yang dipikul, mereka tidak pernah membantah
terhadap pilihan-pilihan dakwah yang diberikan, mereka juga tidak pernah
mundur dalam medan perjuangan. Mereka adalah prajurit sejati. Lalu
pertanyaannya, bagaimana dengan kita?
Melihat kondisi saat ini,
menjadi kebutuhan kita semua dalam memulai pertarungan yang baru,
pertarungan yang akan menghantarkan kita pada sebuah kemenangan ataukah
kekalahan? Hal ini menjadi penting melihat kondisi medan dakwah yang
semakin luar biasa kita hadapi. Ini menyangkut dakwah kita yang sudah
memasuki wilayah negara. Tentu saja seorang kader dakwah memahami akan
hal ini. Ketaatan akan semua aturan yang digariskan oleh jamaah menjadi
mutlak untuk dijalankan.
Saat ini kita semua paham, dakwah telah
memasuki fase yang lebih luas. Tentunya, untuk menjawab seluruh tugas
dan tantangan yang diemban. Maka kita semua pun menyadari, membutuhkan
SDM yang luar biasa “kader-kader tangguh”, baik secara jasmani maupun
ruhiyah. Karena kader merupakan sebuah ujung tombak akan kesuksesan
dakwah itu sendiri. Maka di sini kesadaran seorang kader dakwah menjadi
point penting dalam mencapai kemenangan dakwah. Seorang kader dakwah
harus menyadari akan kewajiban yang muncul dari dirinya, yaitu dia harus berdakwah.
Ketika seorang kader dakwah menyadari, bahwa perjalanan hidupnya adalah
untuk dakwah. Bekerja untuk dakwah, mengajar untuk dakwah, berteman
untuk dakwah, berkeluarga untuk dakwah dan bermacam bentuk aktivitas
lainnya semata-mata untuk dakwah, Lillahi Taala.
Untuk mencapai
kemenangan, kekokohan kader dakwah menjadi hal yang harus dipahami oleh
setiap kader. Kita dapat melihat gambaran kader yang kokoh seperti yang
telah disampaikan oleh Imam As-Syahid Hasan al Banna, yaitu mencakup:
Pertama, Salimul Aqidah,
kader dakwah dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah melalui tuntunan Al-Qur’an dan Sunah.
Kedua, Shahihul ’ibadah,
kader dakwah dituntut untuk beribadah sesuai petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah Saw.
Ketiga, Matinul Khuluq,
kader dakwah dituntut memiliki ketangguhan akhlaq, sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
Keempat, Qadirin ‘alal kasbi,
kader dakwah dituntut untuk menunjukkan kreativitas dan potensinya dalam dunia kerja.
Kelima, Mutsaqqaful fikri,
kader dakwah dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.
Keenam, Qawiyyul Jismi,
kader dakwah dituntut untuk memiliki kekuatan atau kesehatan jasmani.
Ketujuh, Mujahidun lin nafsi,
kader dakwah dituntut untuk memerangi hawa nafsunya.
Kedelapan, Munadzam fi syu’unihi,
kader dakwah dituntut untuk mengatur seluruh urusannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Islam.
Kesembilan, Haritsun ‘alal waktihi,
kader dakwah dituntut untuk mampu memelihara waktunya.
Kesepuluh, Nafi’un lighairihi,
kader dakwah dituntut untuk bermanfaat bagi yang lain.
Jika
kader dakwah telah memiliki kesepuluh sifat ini, maka kader dakwah
telah memiliki kekuatan dan kekokohan jasmaninya maupun ruhiyahnya.
Sehingga beban dakwah yang di embannya mampu ia jalankan sesuai amanah
yang diberikan. Maka akan nampak sebuah perubahan besar ke depan tentang
cita-cita kemenangan dakwah. Oleh karenanya seorang kader dakwah harus
selalu mentarbiyah dirinya. Terutama tarbiyah ruhiyah. Melalui inilah
dalam Al-Quran dijelaskan, kemenangan demi kemenangan didapat melalui
kekuatan ruhiyah. Kekuatan ruhiyah inilah yang akan membawa kekuatan
jasmaniyah. Kita dapat melihat suksesnya khalifah Umar bin Khathab dalam
memerintah, itu semua karena kekuatan ruhiyah yang ada pada diri beliau
begitu kuat. Kemudian khalifah bin Abdul Aziz, itupun karena kekuatan
ruhiyahnya. Itulah gambarannya. Saat ini kita akan dan sedang menghadapi
pertarungan dalam kancah siyasi. Maka sudah seharusnya seluruh kader
memperkuat tarbiyah ruhiyahnya. Ini untuk menghantarkan kita semua pada
kemenangan dakwah yang kita harapkan.
Kemenangan yang harus dipahami oleh seorang kader dakwah adalah kemenangan yang datangnya dari Allah Swt “Waman nasru illa min ‘indillah”.
Begitu pun kemenangan tertinggi dalam Islam yang telah dijelaskan dalam Al-Quran yakni pembebasan dari api neraka.
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia Telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Al-Imran:185)
Siapkah Antum/na semua menyambut kemenangan?
Saatnya
kita SIAP untuk menyambut kemenangan. Laksanakan mulai detik ini untuk
mencapai kemenangan yang kita harapkan dengan melakukan ibadah wajib,
ibadah sunah qiyamullail “shalat malam”, doa-doa, tidak menyakiti orang
lain dan orang tua, perbanyak sedekah, perbanyak silaturahim, dll. Insya
Allah kemenangan itu benar-benar akan menjadi kenyataan. Aamiin…
Kemenangan yang datang langsung dari Allah Taala.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad:7)
Allahualam bisshawwab…
—
Review Apel Siaga Kemenangan, yang diselenggarakan oleh DPD PKS Kota Bogor yang lalu.
