Islamedia - "Abi, nitip anak-anak ya. Umi mau liqo'". Ujar Nita, seorang ibu yang memiliki dua anak hasil pernikahan di jalan dakwah.
"Bawa aja, umi. Biar anak ngerasain suasana tarbiyah. Anak-anak itu
harus dikondisikan dengan tarbiyah sedari kecil." Jawab Dedi, suaminya
yang sedang berbaring di tempat tidur berkemul selimut.
"Repot abii...!! Terus abi ngapain di rumah? Tidur?" Tanya Nita.
"Iya. Abi ngantuk. Hehe.. Bawa aja ya anak-anak liqo' sama umi." Pungkas Dedi dengan mata terpejam.
Ya, walau jawaban Dedi terkesan ngeles, tapi mengkondisikan anak dengan
suasana tarbiyah sejak dini memang suatu kemestian agar anak terbiasa
dengan suasana ilmiah.
Manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Dan untuk seorang anak yang
otaknya bekerja seperti spons, menyerap dengan cepat, maka lingkungan
yang baik yang mengitarinya akan membuat ia tumbuh dalam keadaan yang
baik pula. Memberikan lingkungan yang penuh nuansa tarbiyah, ilmiyah,
dan ruhiyah akan membuatnya hidup dengan nuansa seperti itu pula.
Begitulah seharusnya ikhtiar yang dilakukan oleh keluarga muslim untuk
anggota keluarganya.
Contoh yang bisa diterapkan misalnya dengan membuat jam tilawah di
rumah. Sehabis maghrib, kedua orang tua memberi contoh kesibukan dengan
membaca qur'an sembari menunggu waktu isya'. Melihat orang tuanya
membaca qur'an, tentu si anak akan 'gatal' juga untuk ikutan membaca.
Bila belum sampai kajinya, mungkin si anak akan membuka buku iqro'nya
dan mengeja huruf-huruf hijaiyah satu demi satu.
Pengkondisian yang sudah sering dilakukan adalah saat berpuasa di bulan
Ramadhan. Saat-saat sahur dan berbuka adalah saat dimana sang anak ingin
terlibat di dalamnya. Saat sahur atau berbuka, hidangan digelar di atas
meja dan anggota keluarga berkumpul mengelilinginya. Melihat makanan
saja anak-anak akan tertarik, apalagi orang tuanya berkumpul di dekat
makanan itu. Maka mengajarkan anak berpuasa sesungguhnya tak begitu
sulit di bulan Ramadhan karena orang tua sudah menjadi pelaku utama. Si
anak tinggal mencontoh. Tinggal negosiasi durasi berpuasa saja yang
mungkin sedikit alot. Si anak ingin berpuasa sampai jam 12 siang, tapi
orang tua menawar hingga pukul satu siang. Yang penting si anak sudah
terbawa ritme aktivitas orang tua. Dan terkondisikanlah anak tersebut.
Untuk keluarga aktivis dakwah, membawa anak saat demonstrasi juga
merupakan pengkondisian anak untuk menghadapi dunia yang penuh dengan
pertarungan haq dan bathil. Syukurlah, demonstrasi yang diselenggarakan
oleh aktivis dakwah jarang sekali terdengar terjadi keributan.
Demonstrasi mendukung Palestina misalnya, meskipun di hati para
demonstran penuh kemarahan dengan Israel, tapi aksi yang terjadi sangat
ramah untuk anak-anak. Ada nasyid yang mengalunkan lagu-lagu perlawanan,
ada banyak bendera yang berwarna-warni, ada spanduk dan poster yang
berhias tulisan-tulisan menarik. Dan para demonstran lain juga membawa
anaknya. Sehingga demonstrasi seperti piknik saja bagi anak-anak.
Meskipun begitu, itulah sebuah pengkondisian untuk seorang anak.
Contoh pengkondisian untuk anak yang dilakukan di zaman Rasulullah saw
adalah saat Rasulullah saw menggendong Hasan dan Husein untuk sholat
berjamaah di masjid. Diriwayatkan dari Abdullah bin Syadad, dari
ayahnya, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar
untuk shalat bersama kami untuk shalat siang (zhuhur atau ashar), dan
dia sambil menggendong (hasan atau Husein), lalu Beliau maju ke depan
dan anak itu di letakkannya kemudian bertakbir untuk shalat, maka dia
shalat, lalu dia sujud dan sujudnya itu lama sekali. Aku angkat
kepalaku, kulihat anak itu berada di atas punggung Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan beliau sedang sujud, maka saya pun
kembali sujud. Setelah shalat selesai, manusia berkata: “Wahai
Rasulullah, tadi lama sekali Anda sujud, kami menyangka telah terjadi
apa-apa, atau barangkali wahyu turun kepadamu?” Beliau bersabda: “Semua
itu tidak terjadi, hanya saja cucuku ini mengendarai punggungku, dan
saya tidak mau memutuskannya dengan segera sampai dia puas.” (HR. An
Nasa’i No. 1141, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif
Sunan An Nasa’i No. 1141)
Maka sesungguhnya tidak bermasalah menyertakan anak ke agenda-agenda
tarbiyah seperti halaqoh, tatsqif, dll. Selama agenda itu memang ramah
untuk anak-anak. Dengan sepert itu, anak-anak bisa juga berinteraksi
dengan anak kader dakwah lainnya. Mereka akan dikelilingi dengan
aktivitas yang baik dan teman-teman yang baik.