Perjalanan mewujudkan halaqah/usrah yang dinamis tidaklah mudah.
Butuh perjuangan untuk mewujudkannya. Tidak semua halaqah memahami
urgensi mewujudkan halaqah/usrah yang dinamis dan menggairahkan. Jika
tidak ada kesungguhan untuk mewujudkan halaqah yang dinamis, maka
perlahan tapi pasti halaqah akan berubah menjadi menjemukan.
Kejenuhan
itu muncul dari dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar diri
peserta dan faktor yang muncul dari peserta itu sendiri.
Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan dari luar (eksternal) beberapa di antaranya:
1. Suasana yang monoton
Suasana
yang monoton merupakan salah satu sebab munculnya kejenuhan dalam
halaqah. Ini merupakan hal yang wajar. Sebab manusia pada dasarnya
menginginkan suasana yang berubah dan sesuatu yang baru (dinamis). Tidak
terperangkap dalam satu cara atau metode. Ketika halaqah berjalan
dengan cara atau suasana yang monoton, maka besar kemungkinan
peserta/mad’u akan merasa jemu.
2. Ketiadaan Keteladanan
Murabbi
menjadi teladan bagi peserta/mad’u. Peserta menjadi teladan bagi
peserta lainnya. Ketika Murabbi dan peserta tidak bisa memberikan
keteladanan, maka halaqah berubah menjadi menjemukan. Contoh hilangnya
keteladanan adalah ketika Murabbi mewajibkan peserta untuk hadir rutin,
tapi ia sendiri jarang datang dengan berbagai alasan. Atau ketika ia
meminta peserta datang tepat waktu, tapi ia justru sering terlambat.
Atau hal lain ketika meminta peserta untuk bisa menghargai pendapat
peserta lain, tapi ia sendiri tak bisa menghargai pendapat orang lain.
Jika hal ini tak dapat dihindarkan, semakin potensial halaqah terjerumus
pada suasana yang membosankan. Hal ini wajar, karena ketiadaan
keteladanan membuat hilangnya kepercayaan dan nilai lebih suatu
kelompok. Hal ini tentu berdampak pada suasana yang tidak nyaman dan
membosankan.
3. Kurangnya upaya untuk saling memotivasi/mengingatkan
Suasana
yang menjemukan bisa juga disebabkan murabbi/naqib dan peserta tidak
saling mengingatkan atau memotivasi satu sama lain. Mereka mungkin
terjebak pada rutinitas halaqah yang di anggap bukan masalah. Jika pun
di antara mereka ada yang mengingatkan tentang pentingnya mendinamiskan
halaqah, tidak ditanggapi serius oleh yang lain. Atau bisa juga
pengingatan itu dilakukan, tapi tidak dilakukan secara rutin, supaya
untuk mendinamiskan halaqah hanya bersifat temporer dan tidak
berkesinambungan.
4. Konflik berkepanjangan
Kejenuhan dalam
halaqah bisa juga disebabkan seringnya terjadi konflik di antara
peserta. Konflik itu muncul karena berbagai sebab. Bisa karena perbedaan
cara pandang, sifat/karakter atau karena perbedaan kebutuhan. Konflik
yang berkepanjangan dalam halaqah biasanya bersifat laten, tidak muncul
secara vulgar atau terang-terangan, sehingga jika murabbi atau peserta
kurang jeli, maka mereka tidak mengetahui adanya konflik tersebut.
Konflik yang tidak terselesaikan dalam halaqah dapat berdampak pada
suasana yang menjemukan.
Adapun Kejenuhan dari Internal, di antara:
1. Kurangnya Keikhlasan
Salah
satu sebab internal dari munculnya perasaan jemu adalah kurangnya
keikhlasan. Karena ikhlas merupakan motivasi yang tertinggi, sehingga
jika seseorang telah ikhlas, kecil kemungkinan ia dihinggapi perasaan
bosan. Bahkan walau suasana monoton, tapi jika ikhlas mengerjakannya
maka rasa bosan tak akan mudah menghinggapi. Namun jika keikhlasan
berkurang, seseorang akan mudah tertimpa penyakit jenuh.
2. Maksiat
Sebab
internal lain dari munculnya perasaan jenuh adalah sering seseorang
melakukan kemaksiatan. Semakin banyak kemaksiatan yang dilakukan
seseorang, semakin mudah ia tertimpa penyakit jenuh. Sebaliknya, semakin
bersih seseorang dari kemaksiatan, semakin sulit ia tertimpa penyakit
jenuh. Itulah sebabnya Nabi SAW tidak pernah jemu melakukan qiyamullail
tiap malam. Hal ini juga berlaku pada halaqah. Jika peserta halaqah
banyak melakukan kemaksiatan, maka kecenderungan untuk muncul rasa jemu
akan lebih besar dibandingkan jika peserta menjaga dirinya dari
kemaksiatan.
3. Kurangnya Pemahaman
Kejemuan juga bisa
muncul dari kurangnya pemahaman tentang pentingnya suatu pekerjaan.
Orang yang cepat bosan melakukan suatu pekerjaan biasanya karena kurang
paham manfaat dari pekerjaan tersebut. Misalnya, peserta yang menyadari
pentingnya halaqah tentu akan lebih sulit tertimpa penyakit jemu
daripada peserta yang mengikuti halaqah karena ikut-ikutan tanpa
mengetahui urgensi dari halaqah itu sendiri. Wallahu’alam.
—
Di sadur dari buku “Menggairahkan Perjalanan Halaqah”. Oleh: Ustadz Satria Hadi Lubis, MM. MBA