dakwatuna.com - Sebenarnya banyak sekali orang baik
dalam hidup ini. Namun sangat sedikit yang siap menjadi pionir
kebenaran, pelopor kebaikan dan teladan kebajikan!
Umumnya
orang-orang baik hanya siap menjadi pengikut, penganut dan pendukung
saja. Mereka mau menampilkan kebaikan, hanya saat ada yang memulai,
mencontohi dan memelopori.
Nah, di sinilah urgen, istimewa dan
hebatnya sifat kepeloporan serta sikap keteladanan itu. Sekaligus di
sini pulalah terletak rahasia beratnya, sehingga tidak banyak yang
sanggup mengemban amanahnya.
Maka tak heran bila nilai dan pahala
sebuah keteladanan kebajikan di dalam ajaran Islam demikian tinggi dan
luar biasa sekali. Sebagaimana, sebaliknya, dosa sebuah kepeloporan
kejahatan juga sangat besar dan berat sekali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barang
siapa memelopori di dalam Islam sebuah kebaikan/kebajikan, maka ia akan
memperoleh pahalanya dan seperti/setara pahala orang-orang yang
mengamalkan kebaikan itu sesudahnya, dengan tanpa mengurangi pahala
mereka semua sedikit pun. Dan barang siapa memelopori di dalam Islam
sebuah keburukan, maka ia akan menanggung dosanya dan seperti/setara
dosa orang-orang yang melakukan keburukan tersebut, dengan tanpa
mengurangi dosa mereka semua sedikit pun” (HR. Muslim dari Sahabat Jarir bin Abdillah RA).
Dan dalam hadits lain yang hampir semakna Beliau shallallahu ‘alaihi wasallamjuga bersabda (yang artinya): “Barang
siapa mengajak (orang lain) kepada sebuah petunjuk, maka ia akan
mendapatkan pahala yang setara dengan pahala semua orang yang mengikuti
petunjuk tersebut, dengan tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala
mereka semua. Dan barang siapa menyeru (orang lain) kepada sebuah
kesesatan, maka ia akan menanggung dosa yang setara dengan dosa
orang-orang yang mengikuti kesesatan itu, dengan tanpa mengurangi
sedikit pun di antara dosa-dosa mereka semua” (HR. Muslim dari Sahabat Abu Hurairah RA).
Begitu pula dalam hadits ketiga yang singkat berikut ini (artinya): “Barang
siapa menunjukkan (orang lain) pada sebuah kebaikan, maka ia akan
menerima pahala yang setara dengan pahala pelaku kebaikan tersebut” (HR. Muslim dari Sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari RA).

