Ketidakadilan Bagi yang On-Time

Dikirim : DPRa-PasarMinggu

DetikNews. "Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh membuat citra Indonesia buruk di mata Jepang. Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Masayuki Naoshima telah menunggu hampir 30 menit namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh tidak kunjung tiba, Darwin tidak berada di tempat saat jadwal pertemuannya dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Masayuki Naoshima."***

'Budaya' jam karet adalah salah satu contoh sifat toleransi yang tidak bisa diterapkan pada masalah bisnis. Sebab mengapa hukuman terhadap orang yang melakukan korupsi masih saja ragu-ragu untuk diberikan, mungkin karena sifat orang kita yang terlalu baik hati dan bertoleransi. [dikutip dari tulisan Bapak Purwadi Raharjo].

Pasti bukan hanya saya yang merasa miris dengan budaya jam karet yang sudah bagai Gurita Raksasa di negri ini. Di kantor-kantor [Negri maupun swasta], di tempat-tempat acara formal [apalagi informal] sudah menjadi rahasia umum kalau panitia membuat jadwal lebih dimajukan daripada waktu mulai acara yang sebenarnya untuk mengantisipasi hadirin yang biasanya lebih banyak terlambat daripada yang on-time.

Artinya seringkali panitia pelaksana suatu acara juga bersikap TIDAK ADIL dengan orang-orang yang datang duluan alias on-time schedule dan lebih suka memundurkan acara dalam rangka menunggu orang-orang yang datangnya terlambat. Dengan kata lain dalam kasus ini yang datang on-time malah DIHUKUM untuk menunggu orang-orang yang terlambat. Luar biasa bukan?

Kelihatannya sepele tapi inilah yang sering terjadi, termasuk bila kita membuat janji dengan orang lain kemudian kita terlambat dan membuat rekan kita itu menunggu begitu lama dan ketika datang tak ada permintaan maaf sama sekali atau upaya menjelaskan keterlambatan dengan memberi kabar sebelumnya. Wah...saya yakin anda semua pernah mengalaminya bukan berhadapan dengan orang semacam ini? Bagaimana perasaan anda saat menunggu si tukang telat ini?

Atau pernahkah anda merasakan membuat janji dengan seseorang dan orang itu membatalkannya begitu saja ketika anda sudah sampai di tempat anda membuat janji dengan orang itu? Atau anda pernah menjadi orang yang membuat janji itu lalu membatalkannya seketika? Putarlah lagi waktu anda untuk mengingatnya! Kalau sudah, ingatlah rekan anda yang anda Zalimi itu berjanjilah dalam hati untuk menjadikan hal ini sebagai yang terakhir kalinya. 

Toleransi terhadap 'koruptor' yang dilakukan pihak peradilan dan petinggi di negri ini, boleh jadi bermula dari rasa toleransi kita yang begitu tinggi kepada si tukang telat dan kita lakukan setiap hari sehingga wajar saja, untuk hal sebesar itu kita juga terbiasa bersikap toleran. [habis sudah biasa RAMAH sih..Hiks...]

Kita semua sepakat, bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil. Saya percaya banyak kisah keberhasilan dan sukses orang-orang besar dalam karir dan perjalanan hidupnya karena melakukan kebaikan-kebaiakan kecil dan terus menerus memepertajamnya. Kalau anda tak mau menjadi bagian yang ditulis oleh orang Jepang di dalam bukunya itu, mulai kini janganlah lagi bertoleransi dengan budaya jam karet!.

Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

Wallohu 'alam bissawab

PKS OK

:: Info PKS

:: PASAR MINGGU

Save GAZA


PKS OK