Islamedia - " Cinta
Sejati adalah bahagia saat melihat pihak yang dicintai dalam keadaan
bahagia, bukan menuntut pihak yang dicintai untuk membahagiakan kita
tanpa peduli apakah pihak tersebut merasa bahagia dalam dirinya".
Kalimat tersebut keluar dari Bunda saat pertama kali saya utarakan diri
untuk menikah. Sebuah kalimat nasihat yang sederhana namun benar-benar
telah meniupkan angin kesejukan dalam diri ini.
Nasihat ini bukanlah hanya sekedar
susunan kata-kata yang hanya teoritis, namun memang sebuah nasihat
kehidupan yang sebelumnya sudah dipraktekan oleh Bunda sendiri. Selama
berpuluh-puluh tahun Bunda telah mempraktekanya kepada orang-orang yang
terkasih, termasuk diri ini.
Suatu ketika kelelahan diri setelah
beraktifitas seharian tak menghalangi Bunda untuk merelakan diri
menghangatkan nasi meski hari sudah larut, saat saya tidak mau makan
karena nasinya sudah dingin. Sentuhan kasih abadi yang telah mengikis
habis kelelahan menjadi sebuah kebahagiaan saat orang yang terkasih
bahagia, kala itu saya akhirnya mau memakan nasinya.
Spirit cinta juga telah Ayah torehkan
kepada saya dimasa yang silam, Ayah akhirnya memilih berjalan kaki
sejauh 10 km dari kota untuk pulang kerumah, hanya dikarenakan uang yang
dimilikinya sudah habis dan yang tersisa hanya tinggal 2000 rupiah yang
akhirnya untuk membeli bubur kacang hijau kesukaan saya. Rasa letih
dalam diri terasa terbang menjauhi kala itu saat Ayah melihat betapa
lahapnya saya memakan bubur kacang hijaunya.
Yah, betapa indahnya dan memang indah ternyata apa yang Bunda
nasihatkan itu, kini setelah saya coba kerjakan kepada orang yang sangat
terkasih yaitu Istri dan kedua jundi yang sangat lucu. Sebuah komitment
diri untuk selalu memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang
terkasih.
Sungguh inilah cinta sejati yang sangat
indah saya rasakan sampai saat ini, berusaha terus memberikan sebuah
kebahagiaan hingga orang-orang yang terkasih benar-benar dapat tersenyum
lepas dalam lautan kebahagiaan.***