Nikmat yang manakah lagi yang akan kau dustai
Setelah begitu banyak nikmat yang Dia beri
Nikmat yang manakah lagi yang akan kau ingkari
Setelah sekian luas kasih yang Dia beri
Seharusnya itu kau renungi… (Justice Voice)
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Jika
manusia mau sedikit merenung dan berpikir lebih dalam, maka manusia
akan menemukan sebuah kenyataan bahwa Allah SWT lebih banyak memberi
mereka nikmat dibandingkan cobaan, penderitaan, kesulitan, dan
sejenisnya yang manusia anggap sebagai sesuatu yang tidak enak atau
tidak nyaman. Allah SWT berfirman:
“Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allâh, tidaklah dapat kamu menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat
Allâh)”. (QS Ibrahim: 34)
Maka, jikalau manusia mengingat dan
mencoba menghitung nikmat Allah SWT, niscaya manusia tidak pernah mampu
berhenti untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah Allah berikan.
Seluruh tumbuhan dan air lautan dijadikan sebagai pena dan tinta tidak
akan cukup untuk menulis nikmat Allah. Sepanjang umur manusia seharusnya
dipenuhi dengan rasa syukur, bahkan mungkin seluruh umur manusia tidak
akan cukup untuk mensyukuri nikmat Allah yang sangat banyak.
Pernahkah
manusia menanyakan harga Oksigen di Apotik? Jika belum tahu, harganya ±
Rp 25.000/ltr. Pernahkah manusia menanyakan harga Nitrogen di apotik?
Jika belum tahu, harganya ± Rp 9.950/ltr. Tahukah, bahwa dalam sehari
manusia menghirup 2880 ltr Oksigen & 11.376 ltr Nitrogen. Jika harus
dihargai dengan rupiah, maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup,
akan mencapai kisaran ± Rp170.000.000 / hari / manusia. Jika kita
hitung kebutuhan manusia sehari (untuk bernafas saja) Rp. 170 jt, maka
sebulan Rp. 5,1M / orang.
Tapi, kebanyakan manusia lebih ‘fokus’
dalam menyikapi cobaan, penderitaan, kesulitan, dan yang sejenisnya,
sehingga hal itu terlihat seolah begitu besar. Kita sering mendengar,
banyak manusia yang mengatakan “masalahku numpuk”. Tapi kita sangat
jarang mendengar manusia mengatakan “nikmatku (dari Allah) numpuk”.
Kemudian, karena terlalu memikirkan (mungkin lebih tepatnya meratapi)
hal yang dianggap besar tersebut (sampai terbayang-bayang tiap jam, tiap
menit, tiap detik, bahkan saat sedang sembah sujud padaNya),
nikmat-nikmat dari Allah SWT yang begitu banyaknya bertaburan sering
kali tertutupi begitu saja oleh ‘bayangan’ cobaan/penderitaan/kesulitan
yang sebenarnya tak seberapa namun terlalu berlebihan dalam
menyikapinya. Padahal bisa saja cobaan/penderitaan/kesulitan yang mereka
alami adalah buah dari kelakuan manusia yang tidak sesuai dengan
perintah Allah SWT, sunnah nabi Muhammad SAW, atau asas sebab-akibat.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:
“Barangsiapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan
sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa
hisab”. (QS. Al Mukmin: 40).
Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini:
“Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.”
(QS. An Nissa: 79)
Ilustrasi:
……………………….|…………………..…..|……………..……|……………….…..
Keterangan gambar:
- Titik-titik adalah nikmat dari Allah SWT.
- Garis lurus adalah cobaan, penderitaan, kesulitan, dan sejenisnya.
Ibnu
Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah
dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan
makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Berarti dari manusia sendiri dan dari perbuatan manusia
sendiri.
Dan berlebihan dalam menyikapi “garis lurus” (dalam
gambar) itu, manusia terhalang dari mensyukuri nikmat, dan otomatis
sangat berpotensi untuk kufur nikmat. Lagi-lagi, manusia banyak yang
lalai dan berpura-pura lalai bahwa sikap seperti itu (kufur nikmat)
dapat mengundang azab Allah SWT, dalam firmanNya Dia berkata:
“Dan
(ingatlah juga) ketika Rabbmu memaklumkan, ‘sesungguhnya jika kamu
bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Hadanallahu wa iyyaakum. Wallahu a’lam.