Oleh: Lhinblue Alfayruz
dakwatuna.com - “Waah Mba, ga bisa kalo pertemuannya hari Minggu besok soalnya ibu-ibu di sini mau pada jalan-jalan ke Ancol gratis…”
“Ohh gitu bu, semua ibu-ibu yang ada di sini ikut semua?”
“Iya, 500 orang disewain bis dan kita dikasih 25ribu. Lumayan Mba, jalan-jalan ke Ancol gratis, dapet uang lagi… hehe”
“Kok bisa gratis bu? Siapa yang ngajakin emang?”
“Itu
katanya dari partai, tapi ga dikasih tau partai apaan. Kemarin juga ada
yang bagi-bagiin minyak satu liter untuk dua orang dan harus nunjukin
dua KTP…”
“Oh gitu… waah, menjelang pilkada, partai udah mulai masuk ya Bu ke kampung-kampung…”
Yuhuuu…
Itulah salah satu percakapanku dengan ibu-ibu pedagang binaan.
Ternyata, partai udah mulai masuk kampung euy. Oiya, sekadar ngasih tau,
kalo daerah yang aku bina adalah salah satu daerah terkumuh, padat
penduduk, rawan tawuran, rawan Narkoba. Jadi, memang pas banget untuk
diiming-imingi hal-hal seperti di atas oleh partai-partai untuk meraup
suara di ajang pilkada.
Hmm… Ada yang bilang, semua partai sama,
masuk kampung kalo menjelang pilkada, pemilu, dan pilgub. Apakah itu
benar? Apakah benar bahwa semua partai masuk kampung hanya jika
menjelang ajang-ajang seperti itu?
Tidak, Kawan! Tak semua partai
seperti itu. Tetap ada partai yang berbeda. Ya, walau kadang banyak
orang berpendapat kalo partai yang berbeda ini tak beda dengan yang
lainnya. Tapi, menurutku ia tetap beda. Tenang, tenang, tulisan ini
bukan untuk mempromokan suatu partai. Lagipula, aku pun bukanlah anggota
partai tertentu, secara ga punya kartu anggota partai. Hehe… Ya, tapi
boleh donk kalo aku berafiliasi terhadap satu partai tertentu. Partai
apakah itu? Mungkin sudah bisa ditebak kalo aku berafiliasi ke partai
apa.
Yup! Partai yang sering disebut sebagai partai dakwah terbuka.
Kenapa berbeda?
Aku
akan mengangkat tulisan ini dari sisi ‘partai masuk kampung’ bukan yang
lainnya. Jadi, yang aku lihat selama ini, partai dakwah ini masuk
kampung ga hanya menjelang ajang-ajang pemilihan. Seperti kita tahu,
partai dakwah ini punya kader yang banyak dan loyalitasnya ga usah
dipertanyakan. Kader-kader itulah yang tersebar di berbagai daerah,
sampai tingkat kelurahan dan RW. Nah, dari organ tingkat kelurahan dan
tingkat RW-lah, keberadaan kader-kader ini menyebarkan
kebermanfaatannya. Ada yang rutin mengadakan baksos, ada yang mengadakan
les bahasa Inggris gratis, ada yang mengadakan pelatihan membuat
hantaran pernikahan bagi ibu-ibu, ada yang mengadakan periksa kesehatan
gratis, ada yang membuat pengajian remaja, dan masih banyak bentuk
kebermanfaatan lainnya yang bukan sekadar jangka pendek untuk meraup
suara.
Partai dakwah ini masuk kampung bukan pada saat menjelang
pemilihan. Karena memang bukan sekadar suara yang menjadi tujuan. Lebih
dari itu, bahwasanya partai dakwah ini memang menebar sebanyak-banyaknya
kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar.
Penilaian orang lain tentang partai dakwah ini mungkin berbeda. Yaa, ini hanyalah apa yang aku lihat, dengar dan rasakan.