"Dampak Negatif Facebook di Sekolah"
Fraksi-PKS Online: Kepulauan Riau – Untuk menghindari dampak negatif situs pertemanan facebook, pihak sekolah diminta memperbanyak kurikulum budi pekerti dan akhlak mulia. Untuk itu, kegiatan Kerohanian Islam (ROHIS) serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya hendaknya diaktifkan kembali.
Anggota Komisi X DPR RI Herlini Amran mengungkapkan hal tersebut saat bertemu dengan praktisi pendidikan di Pangkalpinang, Kepulauan Riau, Kamis(18/2). Herlini Amran sengaja mengunjungi Kepulauan Riau untuk bertemu dengan keempat siswa dan wali murid SMU 4 yang dikeluarkan.
"Harusnya kurikulum budi pekerti dan akhlak mulia sebaiknya lebih diperbanyak lagi dalam bentuk kegiatan yang lebih bervariasi. Bisa dengan ekskul, mengaktifkan rohis (kerohanian Islam) sekolah, outbound dan sebagainya. Aktualisasinya bisa diintegrasikan dengan seluruh mata pelajaran di sekolah," sarannya.
Ibu dari lima anak ini melanjutkan, penanaman budi pekerti dan akhlak yang benar kepada anak didik akan menjadi modal untuk berperilaku yang baik dalam lingkungan sosial. Mensikapi perkembangan teknologi informasi jejaring sosial seperti facebook dan sejenisnya, Herlini mengatakan diperlukan pengawasan dan kerjasama terpadu dari berbagai pihak seperti, pemerintah, guru, dan orang tua, supaya penggunaannya lebih bernilai positif.
"Penggunaan teknologi maya seperti jejaring facebook, harusnya bisa memberi nilai tambah dan manfaat bagi kemajuan pendidikan bukan kemunduran," tambah Herlini yang juga konsultan masalah fiqih dan agama.
Pada pertemuan dengan para stakeholder pendidikan Kepulauan Riau, Anggota Komisi X DPR RI dari FPKS Herlini Amran mengatakan bisa memaklumi tindakan yang dilakukan SMU 4 Tanjung Pinang. Menurutnya, keputusan itu sudah melalui berbagai proses dan konsultasi ke berbagai pihak.
"Setelah bertemu dengan berbagai pihak, saya bisa memaklumi kenapa pihak sekolah mengeluarkan mereka. Ini keputusan yang terbaik buat semua pihak," ujar Herlini yang mengunjungi SMU 4 Tanjungpinang, Kepulauan Riau pekan lalu.
Herlini Amran berharap kasus ini jadi momen semua pihak untuk mengkaji sistem pendidikan Indonesia menuju kecerdasan bangsa. "Sistem pendidikan yang baik harusnya memberi ruang yang 'nyaman' bagi seluruh komunitas pendidikan itu sendiri, yaitu guru, siswa, orang tua dan seluruh stakeholder pendidikan," pungkasnya.