sabili.co.id - Sampai kapan pun, Barat tidak akan rela jika negeri-negeri Muslim menjadi kuat, bersatupadu menguasai imperium dunia. Bukan tidak mungkin, kaum Muslimin akan mewarisi sejarah yang gemilang, seperti Kesultanan Turki Utsmani berhasil menaklukkan Andalusia atau Salahuddin Al Ayyubi yang merebut Baitul Maqdis. Kecemasan inilah yang mendorong Barat, menghimpun segala energi untuk membelah kekuatan umat, memperlemah barisan, mental, politik, militer, dan ekonominya hingga ke titik nadir. 

Berbagai cara dilakukan untuk merontokkan negeri-negeri Muslim, mulai dari embargo senjata dan ekonomi, perdagangan bebas, menerapkan politik devide et impera (politik belah bambu), seperti menghembuskan isu Sunni-Syiah, menanam spionase di setiap organisasi Islam, membangkitkan radikalisme, hingga meracuni umat dengan pemikiran liberal, termasuk merusak generasi muda Islam dengan narkoba dan pornografi.

Itulah sebagian kecil cara yang ditempuh Zionis Internasional dalam menghancurkan negeri-negeri Muslim. Dengan kekuatan terselubung dan tak tersentuh (invisible hand), seperti menggunakan banyak "baju" untuk mengelabui atau berkedok dewa penolong, tak tahunya langsung menikam ke jantung kekuatan umat Islam.

Untuk mengungkap kelicikan dan tipu daya Zionis ini, wartawan Sabili Adhes Satria dan Daniel Handoko mewawancarai pengamat intelijen Soeripto. Wawancara berlangsung Rabu (30/12/09) di ruang kerjanya, kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Berikut petikannya:

Pandangan Anda tentang konspirasi global untuk menghancurkan negeri-negeri Muslim?
Pertama, kita harus mengoreksi ke dalam. Salah satu kelemahan tokoh Islam dan organisasi Islam adalah tidak memiliki security awareness, sehingga mudah digarap, dibina dan digalang. Contoh, apakah organisasi seperti PLO dan al Qaeda, itu sudah disusupi untuk diarahkan sesuai agenda mereka? Ini adalah salah satu bentuk yang bisa melemahkan dan memecahkan umat Islam.
Kedua, munculnya isu tentang aliran yang mudah untuk dipertajam karena perbedaan pandangan dalam beragama. Di sini, kita tidak memiliki kemampuan kontra intelijen. Misalnya, isu wahabi, itu siapa dan dari mana sumbernya? Lalu siapa yang mempertajam isu Syiah dan Sunni? Semua isu ini sebenarnya ada pabriknya. Pabrik yang membikin isu.

Bagi saya, ini tidak terlepas dari upaya Zionis yang mendapat dukungan dari negara-negara Barat yang Islamphobi. Memang tidak semua Kristiani begitu, tapi banyak tokoh seperti George W Bush dan sejenisnya yang Islamphobi. Bahkan, mereka juga ikut memproduksi isu-isu seperti ini. Karena umat Islam tidak memiliki kemampuan kontra intelijen, lalu menganggap benar isu-isu yang mempertentangkan ini.

Ketiga, kondisi umat Islam, mayoritas masih di bawah garis kemiskinan, seperti di Somalia, beberapa negara Afrika, termasuk di Pakistan dan Indonesia. Umat Islam yang ekonominya masih lemah, sangat mudah diprovokasi. Selain memprovokasi, mereka juga membuat founding (lembaga), dengan dalih membantu pesantren, yayasan pendidikan dan lainnya. Saya tak mau menyebut nama pesantren dan yayasan yang menerima bantuan dari founding asing itu. Yang jelas, Zionis telah berhasil masuk ke jantungnya basis umat Islam melalui pesantren, kegiatan masjid atau musholla, dan bantuan ekonomi yang bersifat charity. Karenanya kita harus mewaspadainya.

Saya ambil contoh, bantuan kemanusiaan (charity) seperti tsunami di Aceh dan gempa di Sumbar, dengan dalih charity dan humanis, organisasi Salibis turun memberi bantuan sekaligus menjalankan hidden agenda. Ini harus disadari oleh kita, pemimpin Islam, dan para tokoh Islam. Kerenanya, persoalan ini harus kita atasi terlebih dulu. Selama tiga hal ini tidak bisa kita atasi, maka usaha mereka untuk memperlemah umat Islam di berbagai negara, dengan sendirinya akan berlangsung dengan mudah dan sulit kita atasi.

Kontra intelijen seperti apa yang harus kita lakukan?
Kita harus mengetahui program mereka dalam melemahkan dan memecah-belah umat Islam. Artinya, kita harus mengetahui dari tangan pertama atau informasi langsung dari mereka sendiri. Yang namanya kontra intelijen, tak perlu publikasi di media. Kembali pada pertanyaan awal, jika mereka memiliki grand strategi untuk melemahkan umat Islam, tapi jika tiga hal di atas tadi kokoh, umat Islam tidak akan mudah dipermainkan, diadudomba, dan dikuasai mereka.

Pabrik isu yang Anda maksud?
Jelas dari Zionis. Sarangnya bukan hanya di Israel karena hal ini sudah gerakan internasional. Tentu saja pabrik isu itu bersumber di Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Kenapa langsung menunjuk Zionis, buktinya apa?
Sekarang bukan mengacu pada bukti, baca saja tulisan-tulisan yang berkaitan dengan 10 risalah tentang bagaimana cara mereka melemahkan negeri-negeri Muslim. Risalah ini menjadi salah satu petunjuk bahwa Zionis memiliki grand desain melemahkan umat Islam. Mereka juga berupaya agar partai Islam tidak bersatu seperti di zaman konstituante. Karenanya, mereka melemparkan isu agar di antara pemimpin, tokoh, dan partai Islam saling curiga. Seperti wahabi, Islam Liberal dan lainnya. Isu inilah yang menyebabkan partai Islam saling curiga dan tidak percaya, sehingga sulit bersatu. Di PKS, saya selalu memperingatkan agar hati-hati, jangan termakan isu yang bisa memecah-belah kaum Muslimin karena agenda jahat sudah diskenario sedemikian rupa.

Anda yakin Zionis sudah berganti baju sehingga mudah menyusup ke seluruh lini?
Komunis dulu berganti baju menjadi indirect yang bergerak di Amerika Latin dan berhasil bahkan banyak tokohnya yang menjadi presiden. Misalnya, Presiden Uruguay yang baru. Zionis memang selalu menyelinap dengan menggunakan baju Nasrani sebagai tunggangannya. Secara tidak disadari, mereka sebenarnya bekerja untuk Zionis. Zionis memang banyak bajunya untuk memengaruhi publik dunia. Sebenarnya, Zionis bukan komunis, tapi orang-orang yang tidak komunis tapi atheis (tidak beragama) dan non politis.

Apakah masih ada pertarungan ideologi dalam pertarungan ini?
Di balik itu masih ada, tapi sekarang tak ditonjolkan. Sekarang, mereka lebih menonjolkan pada isu-isu. Yang paling berbahaya adalah menggarap generasi muda, mencekokinya dengan modernisasi seperti entertainment dan narkoba. Mereka sama sekali tidak menonjolkan agama atau ideologi tapi bagaimana memengaruhi generasi muda dengan hal-hal yang merusak moral atau dekadensi. Mayoritas penduduk Indonesia Muslim, karenanya yang menjadi target adalah generasi muda. Ini sama saja melemahkan umat Islam. Agar tidak kecolongan dan kita bisa mendeteksi upaya penghancuran, khususnya di Indonesia, kita perlu memiliki Pusat Studi Zionisme yang melibatkan MUI dan ormas-ormas Islam.

Gerakan invisible hand di Indonesia sudah separah apa?
Invisible hand seperti yang saya katakan, akan menggerogoti generasi muda. Kedua, gerakan ini juga merambah pada wilayah ekonomi dan keuangan. Saya tidak tahu, apakah kasus Century termasuk dalam gerakan invisible hand? Termasuk gerakan intelijen, artinya bisa saja ini sengaja dilemparkan untuk menimbulkan konflik. Yang jelas, ada agen-agennya di pos-pos tertentu.

Bukankah kasus korupsi, termasuk kasus Century, merupakan bukti bahwa korupsi memang masih menggurita di negeri ini?
Betul, korupsi memang sudah menggurita, tapi isunya juga jangan menjadi menggurita dong? Korupsinya yang harus dibasmi. Jangan isunya yang harus dibasmi. Dari analisa saya, di balik kasus Century, ada target tertentu yang menjurus pada kondisi distabilisasi. Tentu ada hidden agenda dari kelompok-kelompok tertentu. Kelompok-kelompok itu adalah: Pertama, ada yang memanfaatkan momentum untuk melengserkan SBY. Kedua, agar ada repositioning program 100 hari SBY. Agenda asing juga sudah membaca keadaan moneter kita. Tentu saja mereka tidak mau cepat itu terlibat di arena ini. Tapi tujuan asing termasuk di dalamnya Zionis adalah menciptakan dan memperbesar ketergantungan Indonesia pada asing.
Contoh, bailout, jika pemerintah tidak mampu melakukan bailout, maka asing yang akan turun tangan. Sama dengan Rusia, ketika Boris Yeltsin menjadi presiden, langsung didekati Zionis yang memberikan berbagai fasilitas terutama keuangan, melalui tangan-tangan Yahudi di Rusia. Padahal, tujuan utama mereka adalah mengusai sumber-sumber minyak dan semua kekayaan alam Rusia. Pada saat itu, Yeltsin sudah berada di ketiak Konglomerat Yahudi dengan belenggu fasilitas mereka ditawarkan.

Di Indonesia jangan ditanya, hal ini juga terjadi. Contoh, Newmont. Perusahaan pertambangan yang beroperasi di Nusa Tenggara ini sarat kepentingan asing. Intinya, perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam yang beroperasi di Indonesia, boleh dikatakan 90% berada di tangan asing. Jadi, meski pemiliknya adalah Republik Indonesia tapi penguasaannya berada di tangan asing. Dalam dunia bisnis modern, termasuk politik, yang penting adalah penguasaan bukan hanya sekadar kepemilikan.

Bukankah dalam menangani terorisme SBY sudah mengikuti keinginan AS?
AS paling concern dengan terorisme. AS tahu bahwa teroris itu jaringannya internasional. AS juga menetapkan bahwa prioritas ancaman terhadap negaranya berasal dari terorisme. Seperti halnya persepsi ancaman untuk Cina adalah energi. Karena AS menganggap bahwa terorisme merupakan ancaman utama, maka AS perlu membangun kerjasama unilateral. AS pula yang yang mengomando dan yang lain siap dikomando. Dengan Indonesia, AS juga perlu menjalin kerjasama itu karena mereka menganggap di Indonesia terdapat benih dan sarang terorisme. Pertanyaannya? Ledakan bom yang terjadi di Indonesia selama ini apakah murni kerjaan al Qaidah atau al Qaidah yang telah disusupi misi asing? Karena mereka juga berusaha menyusupi berbagai organisasi Islam, termasuk organisasi teroris.

Berarti ada al Qaidah yang murni?
Ada dong. Usamah bin Ladin itu murni. Tapi ada juga al Qaidah yang disusupi asing. Apapun yang terjadi, apakah ini murni atau tidak murni, AS tetap akan menjalin kerjasama dengan siapapun yang berkuasa di Indonesia. Siapapun presidennya, AS akan menjadi komando dalam penangangan terorisme.

Di banyak negara Islam, salah satu cara menghancurkan Islam dengan perang. Apakah Indonesia bisa menjadi seperti Pakistan yang tak pernah sepi dari konflik?
Di sana, kultur Islamnya sangat "radikal". Tapi, saya kira, tidak, karena budaya politik yang dominan di Indonesia adalah aristokrasi Jawa yakni budaya feodalisme. Sedangkan budaya politik yang lain hanya sub kultur termasuk budaya politik Islam, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Kita sering mendengar istilah Islam abangan atau Kejawen, inilah yang disebut aristokrasi Jawa. Islam tapi sinkretis. Karenanya, dalam komunikasi politik sangat dominan budaya politik aristokrasi Jawa ini. Kondisi ini, sangat berbeda dengan di Pakistan, mereka lebih strong, tegas, dan prinsipil, sedangkan Indonesia lebih sinkretis.

Tapi jika Indonesia dimasuki paham dari luar apakah suatu saat bisa bergeser?
Indonesia jumlah penduduknya sangat besar, letak geografis terpencar-pencar di banyak pulau dan kepulauan, ini menjadi faktor penghambat juga. Berbeda dengan Pakistan yang satu daratan dengan Afghanistan dan negara-negara di sekitarnya.

Berita ketidakadilan yang sering lihat di media apakah bisa menimbulkan radikalisme?
Semakin banyak orang frustasi karena tidak tersedianya lapangan kerja, kemiskinan, dan ketidakadilan, orang yang frustasi ini bisa memilih jalan menjadi sosok yang agresif. Jika perilaku agresif dilakukan secara kolektif namanya amuk massa atau pemberontakan atau revolusi. Gejala-gejala amuk masa ini sudah banyak.

Siapapun presidennya, Indonesia akan terus digoyang oleh Asing?
Tentu saja, terutama selama kita tidak bisa membenahi dan melakukan konsolidasi ke dalam. Konsolidasi ini bukan hanya oleh pemerintah saja, tapi juga oleh semua komponen bangsa.

Presiden Indonesia sejak Soekarno hingga Soeharto tidak bisa lepas dari keterlibatan CIA. Mungkinkah sejarah akan berulang?
Memang, pada waktu perang dingin, untuk melemahkan pihak yang menentang AS, CIA melakukan upaya menggulingkan presiden. Tapi sekarang tidak bisa. Misalnya, di era Soekarno, saat perang dingin, ada istilah poros Jakarta-Pyongyang-Beijing. Maka CIA pun bekerja untuk menggulingkan Soekarno. Sekarang tidak bisa dilakukan, karena di era keterbukaan, senjata ini akan berhadapan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Apa faktor kuat yang memperkeruh terjadinya distabilisasi?
Sekarang ini untuk membuat kondisi distabilisasi salah satunya dengan embargo ekonomi, seperti yang terjadi di Jalur Gaza Palestina. Pemberlakuan perdagangan bebas juga bisa membuat distabilisasi, selain itu tindakan subversif, atau infiltrasi di berbagai komponen bangsa agar terjadi jotos-jotosan juga merupakan cara membuat distablisasi. Skenario global lainnya adalah konflik Sunni-Syiah akan terus dikembangkan sebagai isu yang potensial untuk mengguncang stabilitas keamanan dalam negeri negara-negara Muslim.

Benteng seperti apa yang bisa diterapkan agar negeri Muslim, khususnya Indonesia, tidak bisa digoyang dan dihancurkan kekuatan global?
Kita harus memiliki strong leadership (pemimpin yang kuat), berwibawa, disegani, dan dicintai rakyat. Pemimpin yang kuat berbeda dengan diktator. Tegasnya, kita membutuhkan pemimpin yang bisa mengatasi keadaan yang rumit sekalipun.***

PKS OK

:: Info PKS

:: PASAR MINGGU

Save GAZA


PKS OK